Tak bisa dipungkiri bahwa media adalah ruang eksistensi yng cukup besar bagi siapa saja yang memiliki media tersebut. Bagi mereka yang tak mampu bersaing di ranah yang membutuhkan modal finansial yang cukup besar tersebut, maka bersiaplah untuk menjadi bulan-bulanan pihak yang memiliki kepentingan dalam berbagai aspek. Begitulah keberadaan ummat Islam saat ini. Minimnya dana yang dimiliki ummat untuk mengelola sebuah media massa menjadi salah satu penyebab yang paling klasik bagi ummat Islam untuk selalu menjadi korban pemberitaan yang salah sebuah media massa.
Melihat fakta yang memprihatinkan ini,
harus ada sekelompok pembaharu yang idealnya lahir dari kalangan
jurnalis muslim itu sendiri. Harus ada tokoh yang tampil, bergerak dan
mengkampanyekan kebangkitan media Islam sekaligus membangun semangat
yang kokoh para jurnalisme muslim untuk tampil memberikan perlawanan
atas perlakuan yang tidak adil terhadap berbagai pemberitaan yang
merugikan. Para jurnalis muslim harus memahami peran dan tugasnya, dan
selanjutnya bekerja sesuai dengan rambu-rambu syar’i. Jika tidak, mereka
akan menjadi bagian dari skenario besar yang hendak memadamkan cahaya
Islam di bumi pertiwi ini, secara sadar maupun tidak.
Atas dasar fakta yang terjadi di atas,
seorang mantan News Produser TVOne bernama Mohamad Fadhilah Zein
akhirnya merilis sebuah buku berjudul Kezaliman Media Massa Terhadap
Umat Islam sebagai jawaban atas berbagai permasalahan yang ada. Penulis
merupakan seorang Jurnalis televisi yang paham betul tentang jagad
dunia jurnalisme. Ia merasa prihatin dengan media massa di Indonesia,
sengaja atau tidak, telah bertindak zalim terhadap umat Islam di
republik ini. Realitas ini mendorongnya untuk menghimpun fakta dan bukti
kezaliman yang dilakukan media terhadap umat Islam.
Penulis memberikan argumen mendasar
mengenai permasalahan media dalam kaitannya dengan ummat Islam, seperti
yang ia tuliskan secara tegas di dalam pengantar bukunya, “Revolusi
media tidak akan pernah terjadi di media arus utama. Mereka lebih sibuk
dengan popularitas, rating dan uang. Revolusi media lahir dari pinggir,
dan dilakukan oleh sekelompok orang yang dianggap tidak ada. Siapakah
mereka? Mereka adalah jurnalis Muslim yang senantiasa membela Agama
Kebenaran, penuh dedikasi dan keikhlasan meski dihadapkan pada banyak
keterbatasan. Salam hangat penuh cinta untuk mereka. Mari kita sambut
musim semi Indonesia“
Buku setebal 200 halaman lebih tersebut
mendapat kata pengantar dari Wartawan Senior Herry Mohammad (Redaktur
Pelaksana Majalah Gatra) ini, diluncurkan bersama sejumlah jurnalis
muslim yang tergabung dalam Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di Warung
Teko, Poins Square, Lebak Bulus, Jakarta. Saat menulis buku tersebut,
Fadhil masih bekerja sebagai News Produser TVOne. Perang batin yang
dirasakan Fadhil atas kebijakan redaksi, tempat ia bekerja sebelumnya,
menjatuhkan pilihannya untuk hengkang dari TV One. Karena sudah tidak
ada lagi kecocokan.
Sebagaimana yang ia ungkapkan dalam
bukunya, “Pada level global, beberapa jurnalis kawakan pun memilih
keluar dari tempatnya bekerja, karena bertentangan dengan hati nurani,
saat kepentingan politik praktis dan tugas jurnalistik yang
mengedepankan kebenaran, bertabrakan.” Penulis memberi contoh, Helene
Thomas dari Heart Newspaper, mengundurkan diri dari posisinya sebagai
jurnalis senior di Gedung Putih. Dia dikecam oleh Pemerintah George W.
Bush karena mengkritik Israel dan kebijakan politik luar negeri AS yang
mengivansi Irak dan Afghanistan. Adapula Yvonne Ridley, jurnalis Inggris
yang pernah disekap Taliban, saat melakukan tugas jurnalistik pada
tahun 2002. Dia kemudian masuk Islam dan melakukan kampanye Islam ke
seluruh dunia. Bahkan bersama sejumlah koleganya, jurnalis muslimah yang
kini berjilbab ini membangun Islamic Channel.
Buku terbitan penerbit Islam ternama yang
satu ini terdiri atas lima bab utama yang masing-masing membahas
mengenai Kebebasan Pers Pasca Tumbangnya Orde Baru, Kezaliman Media
Massa Dunia Terhadap Umat Islam, Jurnalis dan Harga Sebuah Idealisme,
Saatnya Umat Islam Melawat Lewat Media Massa, dan bab yang terakhir
membahas mengenai Resolusi Umat islam di Bidang Komunikasi. Yang menarik
dalam buku ini dalam mengkritisi setiap kezaliman media terhadap umat
Islam, mulai dari pemberitaan terorisme, pemberitaan Front Pembela
Islam, pemberitaan Sunni-Syiah, pemberitaan kerusuhan Ambon dan Poso,
Perang Irak, kezaliman media dalam pemberitaan 11 September 2001,
pemberitaan HKBP Ciketing Bekasi dan Gereja Yasmin dan sebagainya.
Ditulis dengan gaya khas seorang jurnalis
senior, buku ini disajikan dalam berbagai fakta logis yang sangat
detail dan bahasa yang cukup nyaman dipahami oleh pembaca. Opini dan
ide-ide orisinil juga diungkapkan cukup kuat dalam buku Kezaliman Media
Massa Terhadap Umat Islam.
Bagi para jurnalis muslim maupun kaum
muslimin pada umumnya, sangat layak membaca buku karya jurnalis senior
tersebut. Sebab buku ini adalah karya seorang jurnalis televisi yang
paham betul tentang jagad dunia jurnalisme. Penulis merasa prihatin
karena media massa di Indonesia, segaja atau tidak, telah bertindak
zalim terhadap umat terbesar di republik ini. Realitas ini mendorongnya
untuk menghimpun fakta dan bukti kezaliman yang dilakukan media terhadap
umat Islam.
Tujuan utamanya ditulis buku ini tak lain
adalah untuk mengingatkan kepada umat Islam, agar terus mengkritisi
berbagai berita yang menyangkut umat ini. Ummat Islam diharapkan tidak
mentah-mentah menelan informasi yang berasal dari pihak-pihak yang ingin
menjatuhkan dan menghancurkan Islam itu sendiri. Bagi para jurnalis
muslim, tentu saja informasi yang dihimpun dalam buku ini bisa jadi
bahan instropeksi agar lebih bijak dalam menyiarkan informasi ke tengah
masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar