Bahaya Melupakan al Qur'an Atau Kitab Allah
Melupakan al Qur’an (nisyanul Qur’an) sama artinya engan
menjauhkan diri dari manfaatnya, dan bahkan melecehkan kedudukannya. Orang –orang
yang melupakan atau mengabaikan al Qur’an (kitab-kitab Allah) di dunia maka
Allah juga akan mengabaikan dirinya baik di dunia terlebih lagi di akhirat
kelak. ini dapat kita lihat pada firman Allah pada surat Taha ayat 126 yang
artinya “Dia (Allah) berfirman: ‘Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu
diabaikan”.
Mengabaikan al Qur’an akan mengundang berbagai
macam bahaya dalam kehidupan manusia sebagai mana disebutkan dalam berbagai
ayat al Qur’an yang diantaranya sebagai berikut:
1.
Kesesatan
yang nyata (dhalalum mubin)
Al Qur’an adalah petunjuk
hidup yang mencerahkan kehidupan
manusia. Barang siapa yang tidak mengambilnya sebagai petunjuk hidup berarti ia
telah memilih petunjuk lain yang menyesatkan, karena petunjuk al Qur’anlah sebenar-benarnya
petunjuk dalam kehidupan ini. Kenapa ? Karena Allah yang menurunkan al Qur’an,
dan Allah juga yang menciptakan manusia dan alam semesta ini. Maka sudah
selayaknya petunjuk atau aturan hidup di dunia ini sesuai dengan buku petunjuk
sang pembuatnya, karena Dialah yang lebih tahu tentang makhluk ciptaannya.
Dalil
Al Qur’an surat an Nisa ayat 60 : “Tidakkah engkau (Muhammad)
memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa
yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi
mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thagut, padahal mereka telah
diperintahkan untuk mengingkari Thagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya”
Al Qur’an surat an Nisa
ayat 115 : “Dan barang siapa yang menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas
kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan
dia ke dalam neraka jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali”
2.
Kesempitan dan
kesesakkan (dhayyiqun harajun)
Orang-orang yang tidak
mendapatkan petunjuk dari sang pembuat atau pencipta dirinya, maka ia akan
merasakan dada yang sempit bak terhimpit seakan-akan naik langit yang hampa.
Dalil
Al Qur’an surat 6 ayat 125
: “Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan
membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya
menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang)
mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman”
3.
Kehidupan yang
sempit (ma’isyatun dhankun)
Karena tidak mengikuti
petunjuk Allah yang telah menciptakannya, maka kehidupan manusia akan dipenuhi
masalah yang seolah-olah tanpa solusi.
Dalil
Al Qur’an surat Taha ayat
124 : “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (al Qur’an), maka sungguh,
dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta”
4.
Kebutaan mata
hati (umyul bashirah)
Orang yang menutup mata
(buta ) terhadap al Qur’an bukan karena matanya yang buta, melainkan karena
hatinyalah yang gelap tidak bisa melihat petunjuk al Qur’an.
Dalil
Qur’an surat 22 ayat 46 : “Maka
tidak pernahkan mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat
memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta,
tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”
5.
Kekerasan hati
(qashwatul qulub)
Hati yang lalai dari al Qur’an
akan menjadikannya tidak bisa tersentuh al Qur’an. Jika demikian berarti hatinya
sudah mengeras, bahkan bisa lebih keras dari pada batu sekalipun.
Dalil
Al Qur’an surat 57 ayat 16
: “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusuk
mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka)
dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab
sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka
menjadi keras. Dan banyak diantara mereka menjadi orang-orang yang fasik”
6.
Kezhaliman dan
kehinaan ( zhulmun wa dzullun)
Melupakan al Qur’an berarti
meninggalkan hal yang bermanfaat dan menggantinya dengan kesesatan. Padahal itu
merupakan tindakkan kezhaliman terhadap diri dan orang lain, yang akhirnya akan
menghinakan diri di mata Allah dan manusia.
Dalil
Al Qur’an surat 3 ayat 112
: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka
(berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka
mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu
karena mereka mengingkari ayat – ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak
(alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui
batas”
Al Qur’an surat 32 ayat 22
: “Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan
memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa”
7.
Menjadi temannya
syaithan (shuhbatusy syaithan)
Orang-orang yang
meninggalkan kitab suci Tuhannya, sangat disenangi oleh syaithan. Maka orang-orang
yang demikian akan menjadi teman yang loyal kepadanya.
Dalil
Al Qur’an surat 43 ayat 36
: “Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (al Qur’an),
Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya”
Al Qur’an surat 25 ayat 29
: “Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (al Qur’an) ketika (al
Qur’an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia”
8.
Menjadi lupa
diri (an nisyan)
Melupakan al Qur’an sama
dengan melupakan diri sendiri, ia akan menelantarkan dirinya dalam jurang kelalaian
dan ketersesatan.
Dalil
Al Qur’an surat 59 ayat 19
: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga
Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik”
9.
Menjadi pendosa
(al fusuq)
Jika telah melupakan al Qur’an,
ia tidak akan mendapat hidayah, akhirnya terjerumus pada perbuatan dosa.
Dalil
Al Qur’an surat 2 ayat 26
sampai 27 : “Sesunguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun
orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka
yang kafir berkata, ‘apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?’ Dengan
(perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banya
(pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan
dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang yang fasik. (yaitu) orang-orang yang
melangar perjanjian dengan Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat
kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”
Al Qur’an surat 13 ayat 19
sampai 20 : “Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan
kepadamu adalah kebenaran. Sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji
Allah dan tidak melanggar perjanjian.”
10.
Menjadi
munafik ‘ular berkepala dua’ (an nifaq)
Melupakan al Qur’an kadang
tidak berarti tidak tahu kebenaran, karena unsur kekufuran seseorang menepis
kebenaran itu dan lebih suka mencari keuntungan nafsunya, di lain waktu ia
berpura-pura membela kebenaran untuk mencari keuntungan nafsu pula.
Dalil
Al Qur’an surat 4 ayat 61
sampai 63 : “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘marilah (patuh) kepada apa
yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul’, (niscaya) engkau
(Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu. Maka bagaimana
halnya apabila (kelak) musibah menimpa
mereka (orang munafik) disebabkan perbuatan tangannya sendiri,kemudian mereka
datang kepadamu (Muhammad) sambil
bersumpah, ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan
kedamaian’. Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Alah mengetahui
apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan
berilah mereka nasehat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas
pada jiwanya”
Al Qur’an surat 24 ayat 49
sampai 50 : “Tetapi, jika kebenaran di pihak mereka, mereka datang kepadanya
(Rasul) dengan patuh. Apakah (ketidakhadiran mereka karena) dalam hati mereka
ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau –
kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim kepad mereka? Sebenarnya, mereka itulah
orang-orang yang zalim”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar