Selasa, 10 November 2015

AS dan Barat Menyesali Demokrasi

AS dan Barat Menyesali Demokrasi
By: Nandang Burhanudin
*****
(1)
Berbahagialah gerakan Islam yang antidemokrasi dan mengajak Golput. Katakanlah Hizbut Tahrir dan Kelompok Salafy (tertentu).
(2)
Kini AS dan dunia Barat mulai menyesali aktivasi demokrasi. Terutama setelah kemenangan mutlak partai Islamis AKP dengan Presidennya Erdogan di Turki.
(3)
Media AS dan Barat (apalagi Israel), menyambut dengan duka atas pesta demokrasi di Turki. Mereka sibuk mewawancarai tokoh-tokoh oposisi Turki, yang menyebut Erdogan dan AKP adalah diktator, bengis, dan memaksakan anti kebebasan.
(4)
Di sisi lain. AS dan Barat yang mengotaki kudeta atas Presiden pilihan demokrasi pertama di Mesir. Mereka menerima As-Sisi
yang sibuk mencari dukungan di Benua Eropa.
(5)
As-Sisi yang membantai ribuan dan memenjarakan puluhan ribu anggota Ikhwanul Muslimin. Ia diterima dan berjumpa pemimpin-pemimpin yang konon kampiun demokrasi.
(6)
Barat dan AS pun merestui diktatorisme di Jordania, Irak, Syiria, dan wilayah lainnya di Timur Tengah. Ternyata demokrasi yang diinginkan Barat dan AS adalah demokrasi seperti di Indonesia, Irak.
(7)
Demokrasi yang melahirkan pemimpin boneka. Tak memiliki kejelasan kelamin. Bahkan cenderung Islamphobia. Di Irak memang ada pemilihan. Tapi yang terpilih sudah pasti kalangan Syi'ah.
(8)
Barat dan AS pun membiarkan Fatah di Palestina berkuasa dengan Presiden yang sudah habis masa jabatannya. AS dan Barat tak ingin ada pesta demokrasi di Palestina. Sebab yang menang pasti HAMAS.
(9)
Bahkan di seluruh Timur Tengah saat ini. Jika diadakan Pemilu, maka yang menang adalah partai yang berafiliasi terhadap Ikhwanul Muslimin. Maroko pun salah satunya.
(10)
Jadi, saat keikutsertaan rakyat Turki yang mencapai 85 % dalam Pemilu kemarin lalu dimenangkan AKP. Sedangkan demokrasi gurauan di Mesir, hanya dihadiri 2 % saja. Maka Barat dan AS geram. Menyesal sesesal sesalnya.
(11)
AS dan Barat sekali lagi sangat bahagia. Ketika demokrasi tidak diikuti kalangan Islam. AS dan Barat jika perlu membackup gerakan-gerakan antidemokrasi di negeri Islam, untuk kemudian kekuasaan dipegang Islamphobia.
(12)
Maka wajar bila Indonesia selalu menjadi contoh demokrasi di dunia Islam. Pemenangnya selalu Islamphobia. Apalagi setelah kasus sedot data, pemenangnya adalah boneka yang untuk sekedar masuk ke Gedung Putih harus bayar 80 ribu Dollar.
(13)
Namun ketika demokrasi dimenangkan sosok seperti Erdogan dan AKP. Semua teriak dan bergerak! Karena Erdogan terlalu cerdas memainkan kartu trup demokrasi, yang ibarat senjata memakan tuannya sendiri.
(14)
Adakah Hizbut Tahrir dan Salafy (tertentu) menyerang As-Sisi dan Jokowi seperti serangan terhadap Mursi dan Erdogan? Kita tidak akan pernah menemukan itu.
(15)
Malah di kalangan Salafy (tertentu) ada yang berdalih dan berdalil. Menaati Jokowi dan As-Sisi adalah wajib. Bahkan
mencela pihak-pihak yang mendukung Erdogan dan Mursi.
(16)
Katanya, mengapa Erdogan dan Mursi dipuji sedangkan Jokowi dicaci maki, padahal keduanya sama-sama lewat jalur demokrasi?

(17)
Lupa bahwa 'illat (alasan) mendukung Erdogan dan mengkritisi Jokowi adalah karena kebijakannya yang jauh antara langit dan sumur.
(18)
Memang pantas. Mengapa Hizbut Tahrir di Tepi Barat dibiarkan bebas oleh aparat Mahmoud Abbas dan bahkan tak tersentuh oleh pasukan Israel.
(19)
Memang pantas pula. Mengapa Erdogan tegas menangkapi? Sebab AKP sukses, salah satunya dengan membatasi ruang gerak kaum antidemokrasi dan penyebar paham yang memecah belah umat Islam Turki.
(20)
Anda boleh membenci saya sebenci mungkin. Tapi itulah hal yang terjadi di dunia Islam. Inti semuanya. Umat Islam selalu dirintangi untuk berkuasa dengan alasan apapun. Kekuasaan yang mengantarkan pada kemandirian dan kepahlawanan. Tidak cukupkah kasus Mesir jadi contoh? Tentu bukan hanya Mesir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar